Sabtu, 09 Maret 2013
Sabtu, 11 Agustus 2012
Senin, 23 Juli 2012
Berkah Ramadhan, Memperbaiki Diri Menjadi Lebih Baik
Keluarga Besar Asrama bahasa Arab |
Bulan Ramadhan sungguh adalah bulan yang penuh berkah, artinya
mendatangkan kebaikan yang banyak. Kebaikan yang diperoleh umat Islam di
bulan Ramadhan bisa meliputi ukhrowi dan duniawi. Coba kita lihat di
bulan Ramadhan ini begitu banyak kebaikan ukhrowi yang diperoleh setiap
muslim. Di antara keberkahan tersebut adalah dengan menjalankan shiyam
ramadhan akan mendapatkan pengampunan dosa yang telah lalu. Keberkahan
lainnya lagi adalah dalam menjalankan shalat malam (shalat tarawih). Itu
juga adalah sebab pengampunan dosa. Begitu pula pada bulan Ramadhan
terdapat suatu malam yang lebih baik dari 1000 bulan, yaitu lailatul
qadar. Inilah di antara keberkahan ukhrowi yang bisa diperoleh. Namun
ada satu sisi kebaikan lainnya, yang mana ini tidak kalah pentingnya,
yaitu bulan Ramadhan adalah saat yang tepat untuk memperbaiki diri
sehingga selepas bulan Ramadhan seseorang bisa menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Pembahasan inilah yang akan kami ulas dalam tulisan
sederhana ini.
Pintu Kebaikan Dimudahkan di Bulan Ramadhan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا كَانَ
أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ
مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا
بَابٌ وَيُنَادِى مُنَادٍ يَا بَاغِىَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِىَ
الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلَّ
لَيْلَةٍ
“Pada malam pertama bulan Ramadhan syetan-syetan dan jin-jin yang
jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pun pintu
yang terbuka dan pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satu pun pintu yang
tertutup, ketika itu ada yang menyeru: “Wahai yang mengharapkan
kebaikan bersegeralah (kepada ketaatan), wahai yang mengharapkan
keburukan/maksiat berhentilah”. Allah memiliki hamba-hamba yang selamat
dari api neraka pada setiap malam di bulan Ramadhan”.[1]
Dalam hadits lainnya disebutkan,
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
”Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.”[2]
Al Qodhi ‘Iyadh mengatakan, “Hadits di atas dapat bermakna,
terbukanya pintu surga dan tertutupnya pintu Jahannam sebagai
terbelenggunya setan-setan sebagai tanda masuknya bulan Ramadhan dan
mulianya bulan tersebut.” Lanjut Al Qodhi ‘Iyadh, “Juga dapat bermakna
terbukanya pintu surga karena Allah memudahkan berbagai ketaatan pada
hamba-Nya di bulan Ramadhan seperti puasa dan shalat malam. Hal ini
berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Di bulan Ramadhan, orang akan lebih
sibuk melakukan kebaikan daripada melakukan maksiat. Inilah sebab mereka
dapat memasuki surga dan pintunya. Sedangkan tertutupnya pintu neraka
dan terbelenggunya setan, inilah yang mengakibatkan seseorang mudah
menjauhi maksiat ketika itu.”[3]
Sampai-sampai karena terbuka lebarnya pintu kebaikan ini, para ulama
katakan bahwa pahala amalan apa saja di bulan Ramadhan pun akan berlipat
ganda[4]. Sebagaimana kita dapat melihat pada perkataan ulama salaf berikut ini.
Guru-guru dari Abu Bakr bin Maryam rahimahumullah pernah
mengatakan, “Jika tiba bulan Ramadhan, bersemangatlah untuk bersedekah.
Karena bersedekah di bulan tersebut lebih berlipat pahalanya seperti
seseorang sedekah di jalan Allah (fii sabilillah). Pahala bacaaan tasbih
(berdzikir “subhanallah”) lebih afdhol dari seribu bacaan tasbih di
bulan lainnya.” [5]
An Nakho’i rahimahullah mengatakan, “Puasa sehari di bulan
Ramadhan lebih afdhol dari puasa di seribu hari lainnya. Begitu pula
satu bacaan tasbih (berdzikir “subhanallah”) di bulan Ramadhan lebih
afdhol dari seribu bacaan tasbih di hari lainnya. Begitu juga pahala
satu raka’at shalat di bulan Ramadhan lebih baik dari seribu raka’at di
bulan lainnya.”[6]
Maka kita dapat saksikan sendiri di bulan Ramadhan, orang yang semula
malas shalat lima waktu, akhirnya menjadi rajin. Orang yang amat jarang
kelihatan di masjid, kembali sadar menjalankan shalat jama’ah. Orang
yang jarang mengerjakan shalat malam, begitu giat di bulan Ramadhan
untuk menjalankan ibadah shalat tarawih. Orang yang sesekali baca Al
Qur’an, di bulan Ramadhan akhirnya bisa mengkhatamkan Al Qur’an. Sungguh
luar biasa barokah bulan ini karena begitu mudah setiap orang
menjalankan kebaikan.
Banyaknya Pengampunan Dosa
Dalam beberapa amalan di bulan Ramadhan, kita dapat temukan di
dalamnya ada pengampunan dosa. Di antara amalan tersebut adalah ibadah
puasa yang kita jalankan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni.”[7]
Pengampunan dosa di sini bisa diperoleh jika seseorang menjaga diri
dari batasan-batasan Allah dan hal-hal yang semestinya dijaga.[8]
Begitu pula pada amalan shalat tarawih, di dalamnya juga terdapat pengampunan dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena
iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”[9]
Barangsiapa yang menghidupkan malam lailatul qadar dengan amalan
shalat, juga akan mendapatkan pengampunan dosa sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada lailatul qadar karena iman
dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan
diampuni.”[10] Adapun pengampunan dosa dalam hadits-hadits di atas, dimaksudkan untuk dosa-dosa kecil sebagaimana pendapat mayoritas ulama.[11]
Karena sampai banyaknya pengampunan dosa di bulan suci ini, Qotadah
pun mengatakan, “Siapa saja yang tidak mendapatkan pengampunan dosa di
bulan Ramadhan, maka sungguh di hari lain ia pun akan sulit mendapatkan
ampunan.”[12]
Keadaan Yang Semestinya Selepas Ramadhan
Setelah kita mengetahui beberapa amalan di bulan Ramadhan yang bisa
menghapuskan dosa, juga pintu kebaikan dimudahkan, maka keadaan
seseorang selepas ramadhan seharusnya dalam keadaan seperti bayi yang
baru dilahirkan oleh ibunya, yaitu bersih dari dosa. Namun hal ini
dengan syarat, seseorang haruslah bertaubat dari dosa besar yang pernah
ia terjerumus di dalamnya, dia bertaubat dengan penuh rasa penyesalan.
Lihatlah perkataan Az Zuhri berikut, “Ketika hari raya Idul Fithri,
banyak manusia yang akan keluar menuju lapangan tempat pelaksanaan
shalat ‘ied, Allah pun akan menyaksikan mereka. Allah pun akan
mengatakan, “Wahai hambaku, puasa kalian adalah untuk-Ku, shalat-shalat
kalian di bulan Ramadhan adalah untuk-Ku, kembalilah kalian dalam
keadaan mendapatkan ampunan-Ku.”
Ulama salaf lainnya mengatakan kepada sebagian saudaranya ketika
melaksanakan shalat ‘ied di tanah lapang, “Hari ini suatu kaum telah
kembali dalam keadaan sebagaimana ibu mereka melahirkan mereka.”[13]
Sudah Seharusnya Menjaga Amalan Kebaikan
Ketika keluar bulan Ramadhan seharusnya setiap insan menjadi lebih
baik dibanding dengan bulan sebelumnya karena dia sudah ditempa di
madrasah Ramadhan untuk meninggalkan berbagai macam maksiat dan mudah
melaksankan kebajikan. Orang yang dulu malas-malasan shalat 5 waktu
seharusnya menjadi sadar dan rutin mengerjakannya di luar bulan
Ramadhan. Juga dalam masalah shalat Jama’ah bagi kaum pria, hendaklah
pula dapat dirutinkan dilakukan di masjid sebagaimana rajin dilakukan
ketika bulan Ramadhan. Begitu pula dalam bulan Ramadhan banyak wanita
muslimah yang berusaha menggunakan jilbab yang menutup diri, maka di
luar bulan Ramadhan seharusnya hal ini tetap dijaga, bahkan bisa lebih
disempurnakan lagi sebagaimana tuntunan Islam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَإِنَّ أَحَبَّ الْعَمَلِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ
“(Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (ajeg) walaupun sedikit.”[14]
Seharusnya amal seorang mukmin barulah berakhir ketika ajal datang menjemput. Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, ”Sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah menjadikan ajal (waktu akhir) untuk amalan seorang mukmin selain kematiannya.” Lalu Al Hasan membaca firman Allah,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al yaqin (yakni ajal).” (QS. Al Hijr: 99).[15]
Az Zujaaj mengatakan bahwa makna ayat ini adalah sembahlah Allah
selamanya. Ulama lainnya mengatakan, “Sembahlah Allah bukan pada waktu
tertentu saja”. Jika memang maksudnya adalah demikian tentu orang yang
melakukan ibadah sekali saja, maka ia sudah disebut orang yang taat.
Namun Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sembahlah Allah sampai datang ajal”. Ini menunjukkan bahwa ibadah itu diperintahkan selamanya sepanjang hayat.[16]
Ibadah dan amalan ketaatan bukanlah ibarat bunga yang mekar pada
waktu tertentu saja. Jadi, ibadah shalat 5 waktu, shalat jama’ah, shalat
malam, gemar bersedekah dan berbusana muslimah, bukanlah jadi ibadah
musiman. Namun sudah seharusnya di luar bulan Ramadhan juga tetap
dijaga.
Asy Syibliy pernah ditanya, ”Bulan manakah yang lebih utama, Rajab
ataukah Sya’ban?” Beliau pun menjawab, ”Jadilah Rabbaniyyin dan
janganlah menjadi Sya’baniyyin.” Maksudnya adalah jadilah hamba Rabbaniy
yang rajin ibadah di setiap bulan sepanjang tahun dan bukan hanya di
bulan Sya’ban saja. Kami (penulis) juga dapat mengatakan, ”Jadilah
Rabbaniyyin dan janganlah menjadi Romadhoniyyin.”[17] Maksudnya, beribadahlah secara kontinu (ajeg) sepanjang tahun dan jangan hanya di bulan Ramadhan saja.
Perhatikanlah perkataan Ibnu Rajab berikut, ”Barangsiapa melakukan
dan menyelesaikan suatu ketaaatan, maka di antara tanda diterimanya
amalan tersebut adalah dimudahkan untuk melakukan amalan ketaatan
lainnya. Dan di antara tanda tertolaknya suatu amalan adalah melakukan
kemaksiatan setelah melakukan amalan ketaatan. Jika seseorang melakukan
ketaatan setelah sebelumnya melakukan kejelekan, maka kebaikan ini akan
menghapuskan kejelekan tersebut. Yang sangat bagus adalah mengikutkan
ketaatan setelah melakukan ketaatan sebelumnya. Sedangkan yang paling
jelek adalah melakukan kejelekan setelah sebelumnya melakukan amalan
ketaatan. Ingatlah bahwa satu dosa yang dilakukan setelah bertaubat
lebih jelek dari 70 dosa yang dilakukan sebelum bertaubat. ... Mintalah
pada Allah agar diteguhkan dalam ketaatan hingga kematian menjemput. Dan
mintalah perlindungan pada Allah dari hati yang terombang-ambing.”[18]
Para ulama juga mengatakan, “Sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal Allah (rajin ibadah, -pen) hanya pada bulan Ramadhan saja.”
Ingatlah pula pesan Ka’ab bin Malik, “Barangsiapa berpuasa di bulan
Ramadhan lantas terbetik dalam hatinya bahwa setelah lepas dari Ramadhan
akan berbuat maksiat pada Rabbnya, maka sungguh puasanya itu tertolak
(tidak bernilai apa-apa).”[19]
Semoga Allah menjadikan Ramadhan kita di tahun ini lebih bermakna
dari yang sebelumnya. Semoga kita senantiasa mendapatkan barokah bulan
suci ini. Amin, Yaa Samii’um Mujiib.www.rumaysho.com
Jumat, 20 Juli 2012
Belajar Bahasa Arab Lewat Internet Yuk
Setelah kita mengetahui keutamaan bahasa Arab dan urgensinya (silahkan Anda baca posting kami sebelumnya: Urgensi Belajar Bahasa Arab, Satu Bahasa-Bahasa Arab, Inilah Bahasa Arab!, Kiat Sukses Belajar Bahasa Arab, dan Nikmatnya Bisa Sedikit Membaca Kitab). Kini saatnya kita benar-benar mengambil langkah untuk bisa mempelajari bahasa Al-Qur'an ini dengan lebih intensif. Mungkin di antara kita sudah ada yang mengikuti halaqah bahasa Arab (dan ini merupakan nikmat Allah yang harus kita syukuri), tetapi kami yakin masih banyak di antara kita yang belum dikaruniai kesempatan untuk bisa mempelajarinya walaupun hati sudah sangat bersemangat untuk belajar.Banyak sekali kendala yang bisa menghambat kita untuk belajar. Di antaranya adalah ketiadaan ustadz yang bisa mengajar bahasa Arab, ataupun dari segi pribadi kita yang seringkali tersibukkan dengan perkara duniawi. Namun, sebagai muslim yang taat, kita harus tetap berusaha sekuat tenaga untuk bisa belajar bahasa Al-Qur'an ini.Alhamdulillah, Allah Azza wa Jalla telah memberikan kepada kita nikmat untuk bisa mengakses internet. Hendaknya nikmat ini kita manfaatkan sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah Ta'ala. Sekarang ini banyak sekali media pembelajaran bahasa Arab yang ada di internet. Metode yang ditawarkan pun cukup beragam. Ada yang relatif mudah tetapi memakan waktu lama, ada juga yang lebih advance tetapi memakan waktu sebentar saja.Dari beberapa alternatif yang ada, kami hanya mengambil beberapa untuk ditampilkan di sini. Anda dapat memilih salah satu yang paling sesuai dengan kemampuan Anda. Namun ingat, pilihlah salah satu saja, dan berusahalah konsisten dengan cara menekuni pilihan Anda itu. Sebaiknya Anda tidak berpindah-pindah dari satu metode ke metode lainnya. Karena hal ini menyebabkan waktu Anda akan terbuang percuma, sekaligus ilmu yang Anda serap tidak akan bisa maksimal.
Minggu, 17 Juni 2012
Dubes Arab Terkesan Perkembangan Bahasa Arab di UIN Maliki
Senin, 16 April 2012 21:11 |
Dengan rileks, Prof. Imam menunjukkan beberapa hasil karya tulisan ilmiah para mahasiswa UIN Maliki, mulai dari karya yang berbasis integrasi sains dan agama hingga penulisan skripsi yang ditulis dalam bentuk bilingual. Melihat mahakarya itu, H.E. Mustofa Ibrahim Al Mubarak Nampak tertarik ditambah lagi adanya perkembangan pembelajaran bahasa Arab secara intensif selama satu tahun. “Subahanallah, bagus sekali dan ini perlu didukung untuk terus dikembangkan,” ungkap dia dengan menggunakan bahasa Arabnya.(oci/eno) http://www.malang-post.com |
Langganan:
Postingan (Atom)